Rabu, 04 November 2015
Minggu, 01 November 2015
Laporan Kegiatan Konferensi II PGRI Belitung Timur
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmtullahi
Wabarakatuh
Laporan ini kami susun sebagai arsip kegiatan PGRI Belitung Timur |
Salam
ta’zim kami sampaikan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita dalam melaksanakan
tugas sehari-hari Amiiin ya rabbal’alamin. Sholawat beriring salam tetap kita
haturkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW karena atas jasa beliaulah
yang telah banyak membawa perubahan di muka bumi ini
Alhmmdulillah Laporan
Kegiatan Konferensi II Persatuan Guru Republik Indonesia Kabupaten Belitung
Timur, dapat diselesaikan
dengan baik, lancar, aman dan tepat waktunya. Laporan ini disusun sebagai acuan
kegiatan-kegiatan selanjutnya di masa-masa yang akan datang dan sebagai
refleksi dan evaluasi.
Untuk lebih memahami isi dari laporan
ini maka kami paparan kan secara singkat dalam
atas tiga bab yang meliputi:
1. Bab
I Pendahuluan : Yakni meliputi sejarah perkembangan PGRI secara
luas yang terjadi di Indonesia
2. Bab
II Laporan Kegiatan : Yakni meliputi laporan khusus Konferensi II PGRI
Kabupaten Belitung Timur
3. Bab
III Hasil Kegiatan : Yakni
hasil kegiatan Konferensi II PGRI Kabupaten Belitung Timur yang berupa
keputusan-keputusan.
Akhirnya, pepatah
mengatakan tak ada gading yang tak retak. Kami menyadari apa yang kami lakukan
belumlah sempurna, untuk itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan. Atas kehilafan kami ucapkan mohom maaf yang sebesar-besarnya dan
kepada Allah SWT kami mohon ampun. Semoga Allah SWT membalas segala amal baik
bapak/ibu sekalian. Amiin.
Wassalamau’alaikum
wr. wb.
Manggar, oktober 2015
Panitia
Konferensi II PGRI
Kabupaten
Belitung Timur
DAFTAR ISI
Halaman Judul
|
….....................................................................................
|
1
|
||
Kata Pengantar
|
….....................................................................................
|
2
|
||
Daftar Isi
|
….....................................................................................
|
3
|
||
|
|
|
||
BAB I
|
PENDAHULUAN
|
……………………………………...
|
4
|
|
A.
|
Gerakan
Guru pada masa Perjuangan Kemerdekaan
|
……………………………………...
|
4
|
|
B.
|
Lahirnya
PGRI
|
……………………………………...
|
4
|
|
C.
|
PGRI
pada masa Perang Kemerdekaan
|
……………………………………...
|
5
|
|
D.
|
PGRI
pada masa Demokrasi Liberal
|
……………………………………...
|
6
|
|
E.
|
PGRI
pada masa Demokrasi Terpimpin
|
……………………………………...
|
8
|
|
F.
|
PGRI
sejak lahirnya Orde Baru
|
……………………………………...
|
11
|
|
G
|
Refleksi
masa depan PGRI
|
……………………………………...
|
13
|
|
|
|
|
|
|
BAB II
|
LAPORAN KEGIATAN
|
……………………………………...
|
|
|
A.
|
Latar
Belakang
|
……………………………………...
|
14
|
|
B.
|
Visi
dan Misi
|
……………………………………...
|
15
|
|
C.
|
Tujuan
|
……………………………………...
|
15
|
|
D.
|
Sasaran
|
……………………………………...
|
16
|
|
E.
|
Target
|
……………………………………...
|
17
|
|
F.
|
Tema
|
……………………………………...
|
17
|
|
G.
|
Waktu
dan Tempat
|
……………………………………...
|
18
|
|
H.
|
Biaya
|
……………………………………...
|
18
|
|
I.
|
Penutup
|
……………………………………...
|
18
|
|
|
|
|
|
|
BAB III
|
HASIL KEGIATAN
|
……………………………………...
|
19
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Lampiran-Lampiran
|
|
|
|
|
|
|
||
BAB I
PENDAHULUAN
SEJARAH PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
A.
Gerakan Guru pada Masa Perjuangan Kemerdekaan
Semanat nasionalisme sudah lama tumbuh di kalangan guru
semenjak lahirnya kesadaran berorganisasi, kesadaran perjuangan nasional,
kesadaran untuk menuntut persamaan hak dan posisi dengan pihak belanda.
Usaha perjuangan nasib dan posisi guru berjalan terus.
Hasilnya antara lain adalah kepala HIS yang dahuli selalu dipegang oleh orang
belanda, satu persatu pindah ke tangan bangsa indonesia. Perjuangan ini
akhirnya memuncak pada kesadaran dan cita – cita kemerdekaan bukan sekedar
nasib belaka.
Pada tahun 1032 nama PGHB diganti dengan PGI (Persatuan Guru
Indonesia). Pergantian nam “Hindia Belanda” dengan “indonesia”Dalam nama
organisasi ini mengejutkan Belanda,karena nama Indonesia termasuk yang paling
tidak desenangi oleh penjajah Belanda karena mencerminkan tumbuhnya semangat
Nasionalisme.
Perang dunia 2 pecah pada tahun 1939. Setahun kemudian, negri Belanda diduduki tentara Jepang. Pada tahun 1941 semua guru laki-laki Belanda ditugaskan menjadi milisi, untuk mengatasi kekurangan guru di Indonesia. Pada zaman kedudukan Jepang keadaan berubah segala organisasi dilarang, sekolah ditutup. Segala kegiatan pendidikan dan politik membeku. Barulah menjelang Jepang takluk kepada tentara sekutu, sekolah dibuka kembali.
Perang dunia 2 pecah pada tahun 1939. Setahun kemudian, negri Belanda diduduki tentara Jepang. Pada tahun 1941 semua guru laki-laki Belanda ditugaskan menjadi milisi, untuk mengatasi kekurangan guru di Indonesia. Pada zaman kedudukan Jepang keadaan berubah segala organisasi dilarang, sekolah ditutup. Segala kegiatan pendidikan dan politik membeku. Barulah menjelang Jepang takluk kepada tentara sekutu, sekolah dibuka kembali.
B.
Lahirnya PGRI Tanggal 25 November 1945
Proklamasi 17 Agustus 1945 mempunyai efek sangat besar terhadap
seluruh pejuang kemerdekaan.pendiri Republik ini dan juga para guru pada kurun
waktu pasca tahun 1945.
Semangat proklamasi itulah yang menjiwai penyelenggaraan Kongres
Pendidikan Bangsa pada tanggal 24-25 November 1945 bertempat di Sekolah Guru
Putri (SGP) Surakarta, Jawa Tengah. Dari kongres itu lahirlah Persatuan Guru
Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan wahana persatuan dan kesatuan segenap
guru diseluruh Indonesia. Pendiri PGRI adalah Rh. Koesnan, Amin Singgih, Ali
Marsaban, Djajeng Soegianto, Soemidi Adisasmito, Abdullah Noerbambang, dan
Soetono. Mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan tujuan:
1.
Mempertahankan dan menyempurnakan Republik
Indonesia.
2.
Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengaajaran
sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.
3.
Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada
khususnya.
PGRI lahir sebagai “anak sulung” dari proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang memiliki sifat dan semangat yang sama dengan “ Ibu Kandungnya”,yaitu semangat persatuan dan kesatuan ,pengorbanan dan kepahlawanan untuk tentang penjajah. PGRI merupakan organisasi pelopor dan pejuang karena itu para pendiri PGRI mengangkat semangat persatuan dan kesatuan, tujuannya yaitu fungsi anggota PGRI sebagai pendidik bangsa bermaksud mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dari segi pendidikan.
PGRI lahir sebagai “anak sulung” dari proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang memiliki sifat dan semangat yang sama dengan “ Ibu Kandungnya”,yaitu semangat persatuan dan kesatuan ,pengorbanan dan kepahlawanan untuk tentang penjajah. PGRI merupakan organisasi pelopor dan pejuang karena itu para pendiri PGRI mengangkat semangat persatuan dan kesatuan, tujuannya yaitu fungsi anggota PGRI sebagai pendidik bangsa bermaksud mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dari segi pendidikan.
C.
PGRI pada Masa Perang Kemerdekaan (1945-1949)
PGRI adalah “Kedaulatan Rakyat”dengan tujuan seperti disebutkan
terdahulu. Dilihat dari tujuannya, sangat jelas bahwa cita – cita PGRI sejalan
dengan cita – cita bangsa Indonesia secara keseluruhan. Para guru diIndonesia
menginginkan kebebasan dan kemerdekaan, memacu kecerdasan bangsa dan membela
serta memperjangkan kesejahtraan anggotanya. Agar perjuangan bangsa Indonesia
melawan penjajah Bangsa Belanda lebih terorganisasi pemerintah pusat pada
tanggal 5 Oktober 1945 TKR untuk melindungi keamanan Rakyat dari provokasi dan
Agresi Belanda konferensinya tgl. 12 November 1945 Panglima Besarnya Kolonel
Soedirman dengan Pangkat Jendral.
1. Kongkres II PGRI di Surakarta 21-23
November 1946 Melalui kongres ini PGRI mengajukan tuntutan kepada pemerintah:
1)
Sistem pendidikan selekasnya didasarkan pada
kepentingan nasional.
2)
Gaji guru supaya tidak dihentikan.
3)
Diadakan undang-undang pokok pendidikan dan
undang-undang pokok pemburuhan.
2. Kongkres III PGRI di Madiun 27-29
Februari 1948
Kongkres yang diadakan dalam keadaan darurat ini memutuskan bahwa
untuk meningkatkan efektivitas organisasi, ditempuh jalan dengan memekarkan
cabang-cabang yang tadinya keresidenan memiliki satu cabang menjadi cabang
lebih kecil tetapi dengan jumlah sedikitnya 100 orang diharapkan yang lebih
kecil itu dapat lebih aktif.
Cita-cita besar PGRI tercapai baik dibidang pendidikan maupun dibidang
pemburuhan. Nama PGRI tidak asing lagi, termasuk diluar negeri. Dibuktikan
adanya undangan dari NEA, juga undangan dari WCOTP untuk menghadiri kongkres II
yang diadakan oada bulan Juli 1984 di London.
D.
PGRI pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)
1. Kongkres IV PGRI di Yogyakarta
26-28 Februari 1950
Presiden RI memuji PGRI yang menurut pendapatnya tidakbisa lain
dari pada pencerminan semangat juang para guru sebagai pendidik rakyat dan
bangsa. Oleh karena itu, Presiden RI menganjurkan untuk mempertahankan nama, bentuk,
maksud, tujuan, dan cita – cita PGRI sesuai dengan kehendak dan tekad para
pendirinya.
Kongkres IV PGRI dihadiri beberapa utusan dari luar-luar “daerah Renville”, yaitu: Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, bahkan dari Sumatra, yaitu: Sigli, Bukit tinggi, dan Lampung. Pengurus pusat SGI di Bandung datang pada kongkres IV di Yogyakarta untuk secara resmi menggabungkan diri kedalam PGRI dengan menyerahkan 38 cabang. Delegasi SGI terdiri atas, Jaman Soejanaprawira, Djoesar Kartasubrata, M.Husein, Wirasoepena, Omo Adimiharja, Sukarna Prawira, dan Anwar Sanusi. RIS diakui oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949.
Kongkres IV PGRI dihadiri beberapa utusan dari luar-luar “daerah Renville”, yaitu: Sukabumi, Cianjur, Tasikmalaya, bahkan dari Sumatra, yaitu: Sigli, Bukit tinggi, dan Lampung. Pengurus pusat SGI di Bandung datang pada kongkres IV di Yogyakarta untuk secara resmi menggabungkan diri kedalam PGRI dengan menyerahkan 38 cabang. Delegasi SGI terdiri atas, Jaman Soejanaprawira, Djoesar Kartasubrata, M.Husein, Wirasoepena, Omo Adimiharja, Sukarna Prawira, dan Anwar Sanusi. RIS diakui oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949.
Kembalinya kongkres IV PB PGRI berada di Jakarta segera berkantor
diruangan SMA Negeri 1 Jakarta di Jln. Budi Utomo. Pada akhir February 1950
sebanyak 30 cabang SGI diseluruh Negara menyatakan memisahkan diri dari SGI
kemudian masuk PGRI. Yaman Soejanaprawira (KPI Jawatan PP dan K), M.Husein dkk
berjasa sekali. Pada tahun 1950 pemerintah RI mengeluarkan PP No. 16/1950,
sangat menguntungkan para guru, namun pelaksanaan penyesuaian gaji ternyata
disana-sini berjalan serat. Kegembiraan menyambut keluarnya PP 16/1950 segera
berbalik menjadi kekesalan dan keresahan, terutama dikalangan guru di Jawa
Barat. Guru-guru diJawa Barat mengancam untuk mengadakan pemogokan, menurut
rencana dimulai pada 12 Juni 1950 pukul 10.00 pagi. Usaha ini berhasil,
akhirnya disetujui pemerintah. Hal ini mengokohkan wibawa PGRI dibuktikan
dengan lancarnya PP No. 32/1950 tentang penghargaan kepada pelajar pejuang.
2.
Kongres V PGRI di Bandung 19-24 Desember 1950
Acara pun lebih bervariasi karena dalam kongres ini bicarakan suatu
masalah yang prinsipil dan faundamental bagi kehidupan dan perkembangan PGRI
selanhutnya, yaitu asas organisasi ini : apakah akan memilih sosialisme
keadilan sosial atau pancasila akhirnya pancasila menjadi asas organisasi. Kongres
V merupakan “Kongres Persatuan”. Kongres dihadiri oleh perwakilan luar negeri
yang ada di Jakarta. Rapat diadakan dipusat kebudayaan Jln. Naripan, kongres
ini membicarakan suatu masalah yang prinsipil dan fundamental bagi kehidupan
dan perkembangan PGRI yaitu asas organisasi akankah memilih sosialisme keadilan
sosial ataukah pancasila. Akhirnya, pancasila diterima sebagai asas organisasi.
Sejak kongres V mulai nyata daerah dibentuk beserta susunan
pengurusnya konferda mulai dilaksanakan. Mulanya konferda dilaksanakan di
Cirebon, Solo, Jember pada Maret 1951, selanjutnya konferda meluas ke pulau
lainnya, tanggal 27 Februari 1952 di Makassar dan 20 maret 1952 di Banjarmasin.
Hasil nyata dari konsolidasi ialah masuknya 47 cabang di Sulawesi dan
Kalimantan kedalam barisan PGRI.
3. Kongres VI PGRI di Malang 24-30
November 1952
Kongres menyepakati beberapa keputusan panting. Dalam bidang
organisasi, menetapakan asas PGRI ialah keadilan social dan dasarnya ialah
demokrasi, PGRI tetap dalam GSBI. Dalam bidang pemburuhan memperjuangkan
kendaraan bagi pemilik sekolah, intruktur penjas, dan pendidikan masyarakat.
Dalam bidang pendidikan:
1)
System pengajaran diselaraskan dengan kebutuhan
Negara pada masa pembangunan.
2)
KPKPKB dihapuskan pada akhir tahun pelajaran.
3)
KPKB ditiadakan diubah menjadi SR 6 th
4)
Kursus B-I/B-II untuk pengadaan guru SLTP dan
SLTA diatur sebaik-baiknya.
5)
Diadakan Hari Pendidikan Nasional.
4.
Kongres VII PGRI di Semarang 24 November s/d 1
Desember 1954
Kongres ini dihadiri 639 orang utusan.
Pelaksanan rapat bertempat di aula SMA B Candi Semarang. Untuk pertama kalinya
kongres PGRI dihadiri oleh tamu-tamu dari luar negeri Maria Marchant wakil FISE
di Paris, Marcelino Bautista dari PPTA (Filipina) wakil WOTOP, Fan Ming, Chang
Chao, dan Shen Pei Yung dari SBP RRC, dan Jung Singh dari organisasi guru
Malaysia. Dibicarakan pula masalah pendidikan agama.
Hasil kongres ini antara lain:
Hasil kongres ini antara lain:
1) Bidang Umum : Pernyataan mengenai Irian Barat,
pernyataan mengenai korupsi, resolusi mengenai desentralisasi sekolah, resolusi
mengenai pemakaian keuangan oleh kementrian PP dan K, dan resolusi mengenai
penyempurnaan cara kerja kementrian PP dan K.
2) Bidang Pendidikan : Resolusi mengenai anggaran belanja PP
dan K yang harus mencapai 25% dari seluruh anggaran belanja Negara, resolusi
mengenai UU sekolah rakyat dan UU kewajiban belanja, resolusimengenai film,
gambar, tektur, serta radio dan pembentukan dewan bahasa nasional.
3) Bidang Pemburuhan : UU pokok kepegawaian, peleksanan
peraturan gaji, pegawai baru, tunjangan khusus bagi pegawai yang tugas di
daerah yang tidak aman, ongkos perjalanan cuti besar, Guru SR dinyatakan
sebagai pegawai negri tetap, dan penyelesaian kepegawaian.
4) Bidang Organisasi : Pernyataan PGRI untuk keluar dari GBSI
dan menyatakan diri sebagai organisasi “Non-Vaksentral”.
5. Kongres VIII PGRI di Bandung 1956
Kongres dihadiri hampir seluruh cabang
PGRI di Indonesia. Suasana kongres mulanya meriah,tetapi waktu diadakan
pemilihan ketua umum keadaan menjadi tegang. Pihak Soebandri menambah kartu
palsu. Sehingga pemilihan terpaksa dibatalkan. Otak pemalsuan Hermanu Adi
seorang tokoh PKI Jatim, yang menjabat ketua II PGRI. Walaupun M.E Subiadinata
dihalangi secara curang akhirnya ia terpilih menjadi ketua Umum mengantikan
Sudjono. Ketua II PGRI digantikan M.Husein.
Jumlah anggota PGRI meningkat setelah diadakan konsolidasi dengan cara:
Jumlah anggota PGRI meningkat setelah diadakan konsolidasi dengan cara:
1) Kunjungan kecabang-cabang
2) Korespondensi PB PGRI dengan cabang lebih
diintensifikasi
3) Tindakan-tindakan disiplin dilakukan
kepada cabang yang tidak disiplin diberikan peringatan seperlunya
4) Dilakukan pembekuan terhadap pengurus
cabang PGRI Palembang karena tindakan indisipliner terhadap komisariat daerah. Keterlibatan
PGRI dalam symposium BMN Denpasar Bali (Juli 1957) mendapat penghargaan dan
perhatian masyarakat.
Pokok-pokok
bahasan:
a)
Pendidikan sebagai pewaris nilai budaya
b)
Perlu adanya Indonesianisasi
c)
Aspek kebudayaan agar dilegalisasikan dalam
UUD. Masalah cukup serius mendapatkan perhatian diantaranya tentang:
1)
Dimasukannya pencak silat dalam pendidikan
jasmani
2)
Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah dalam dunia
pendidikan dan masyarakat.
3)
Uang alat/perlengkapan sekolah dan pakaian
belajar
E.
PGRI pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pada kongres IX di Surabaya bulan oktober
/November 1959,soebandri dkk.Melancarkan politik adudomba diantara para
kongres, terutama pada waktu pemilihan Ketua Umum.Usaha tersebut
tidak berhasil, ME.Sugiadinata terpilih lagi sebagai Ketua Umum BP PGRI.
1. Lahirnya PGRI
Non-Yaksentral/PKI
Periode tahun 1962-1965 merupakan episode yang sangat pahit bagi
PGRI. Dalam masa ini terjadi perpecahan dalam tubuh PGRI yang lebih hebat
dibandingkan dengan pada periode sebelumnya. Penyebab perpecahan itu bukan demi
kepentingan guruatau peropesi guru,melainkan karena ambisi politik dari luar
dengan dalih”machsovorming en machsaanwending”(pembentukan kekuatan dan
panggunaan kekuatan).
Ternyata goldfried termasuk salah seorang penandatanganan “surat
selebaran fitnah”,sehingga timbul protes dari siding pleno, sehingga Goldfied
akhirnya dikeluarkan dari panitia.
2. Pemecatan Massal Pejabat
Departemen P&K (1964)
Pidato inangrasi Dr.Busono wiwoho pada rapat pertama Majelis
Pendidikan Nasional (Mapenas)dalam kependudukannya sebagai salah seorang wakil
ketua, menyarankan agar PancawarDhana diisi dengan moral “panca cinta”.sistem
pendidikan pancawardhana dilandasi dengan prinsip-prinsip:
1) Perkembangan cinta bangsa dan cinta tanah
air,moral nasional / internasional/ke agamaan ,
2) Perkembangan kecerdasan,
3) Perkembangan emosional – artistrik atau
rasa keharuan dan keindahan lahir batin.
4) Perkembangan keprigelan atau kekerajinan
tangan dan,
5) Perkembangan jasmani.
Moral
panca cinta meliputi:
a) Cinta nusa dan bangsa
b) Cinta ilmu pengetahuan
c) Cinta kerja dan rakyat yang bekerja
d) Cinta perdmaian dn persahabatan antar
bangsa-bangsa
e) Cinta orang tua
Isi
pidato tersebut menimbulkan pertentangan dan kegelisahan dikalangan pendidik.
Dilinkungan Departemen PP & K, polemic itu makin meruncing ketika dalam
Rapat Dinas tanggal 23 Juli 1964 Mentri PP & K, Prof. Dr. Prijono
(1957-1966) memancing kembali suasana polemic tersebut. Akibatnya, Pembantu
mentri, Tartib Prawirodiharjo, meninggalkan rapat karena dituduh mengkhianati
Mentrinya.
Karena
heboh mengenai pemecatan 27 orang pejabat berkenaan dengan isi Moral Pendidikan
Pancawardhana, akhirnya Presiden membantuk sendiri panitia dengan nama “Panitia
Negara Penyempurnaan Sistem Pendidikan Pancawardhana”. Panitia ini diberi tugas
untuk menyampaikan pertimbangan tentang “Pemecatan Massal”, ke-27 orang
tersebut dinyatakan tidak bersalah.
3. PGRI Pasca-Peristiwa G30 S/PKI
Periode th. 1966-1972 merupakan masa perjuangan untuk turut
menegakka Orde Baru, penataan kembali organisasi, menyesuaikan misi organisasi
secara tegas dan tepat dalam pola embangunan nasional yang baru memerlukan
pemimpin yang memiliki dedikasi yang tinggi, kemampuan manajerial yang mantap,
dan pengalaman yang mendukang. Dipenuhi dengan jalan kaderisasi, pelaksanaan
kaderisasi yang dimulai pada th. 1957 di Jakarta dilanjutkan kembali mulai Juli
1973 di Bandung,
Yogyakarta, dan Pandaan, Jawa Timur. PGRI mencoba untuk turut
memprakarsai dan menghimpun organisasi-organisasi pegawai negeri dakam bentuk
RKS. Selanjutnya PGRI memprakarsai pendirian PSPN dengan ketua Umumnya M.E.
Subiadinata. Terakhir, pada th. 1967, PGRI memprakarsai berdirinya MPBI.
Sebagai pengembangan dari MPBI lahirlah FBSI. Disambut gembira oleh para
buruh kelahiran FBSI, sementara PGRI tidak mempunyai tempat dalam federasi
karena banyak perbedaan yang mendasar:
1) FBSI beranggotakan unsur buruh murni
2) Anggota FBSI harus buruh swasta
3) FBSI berprinsip “trade unionisme”
4) FBSI berada di bawah pembinaan Departemen
Tenaga Kerja.
4. Usaha PGRI Melawan PGRI
Non-Vaksentral/PKI
PGRI tidak luput dari ancaman tersebut. Pada kongres IX PGRI di
Surabaya (oktober 1959),infiltrasi PKI kedalam tubuh PGRI benar” terasa,dan
lebih jelas lagi dalam kongres X di Jakarta(November 1962).
Kiranya perinsip “siapa kawan siapa lawan” berlaku pula dalam tubuh
PGRI.”kawan”adalah semua golongan pancasilaisanti PKI yang Dalam Pendidikan
mengamankan Pancasila,dan “Lawan”adalah PKI yang berusaha memnaksakan
pendidikan.”pancacinta”dan “pancatinggi”. Akan tetapi kekuatan pancasilais
d.PGRI masih lebih kuat dan mampu bertahan menghadapi tantangan tersebut.
Setelah PKI di wakili oleh guru” ber orentasi ideology komunis tak mampu lagi melakukan taktik” penyusupan terhadap PGRI,mereka mengubah siasat dengan melakukan usaha terang”an untuk memisahkan dari PGRI.
Setelah PKI di wakili oleh guru” ber orentasi ideology komunis tak mampu lagi melakukan taktik” penyusupan terhadap PGRI,mereka mengubah siasat dengan melakukan usaha terang”an untuk memisahkan dari PGRI.
Untuk menyelamatkan pendidikan dari berbagai ancaman dan perpecahan
di antara guru,president sukarno turun tangan dengan membentuk majelis
pendidikan nasional yang menerbitkan penpres no.19 thn 1965
tentang pokok” pendidikan pancasila akan tetapi pempres tersebut tidak berhasil
mempersatukan organisasi ini
Sungguh perpecahan tersebut merupakan peristiwa yang sangat pahit bagi PGRI.
Sungguh perpecahan tersebut merupakan peristiwa yang sangat pahit bagi PGRI.
F. PGRI sejak lahirnya orde baru
1. Kesatuan aksi guru Indonesia
KAGI
Peristiwa G30S/PKI merupakan puncak dari
apa sebelumnya berlangsung dalam tubuh PGRI, yaitu perebutan pengaruh anti PKI
dan pro PKI, infil Trasi dan fitnah Pro PKI berdirinya PGRI non-vaksentral dll.
Bersama para
pelajar,mahasiswa,sarjana,dll,para guru anggota PGRI turun kejalan dengan
meneriakan tritura (tri tuntunan rakyat) yakni :”bubarkan PKI, resavel 100 menteri,
dan turunkan harga-harga !”. Mereka membentuk kesatuan” aksi misal’
KAMI,
KASI, sedangkan para guru” membentuk KAGI pada tanggal 2 februari 1966. Perlu
ditambahkan bahwa KAGI pada mulanya terbentuk di Jakarta raya dan jawa barat, kemudian
berturut” terbentuk KAGI di wilayah lainnya.
Tugas Utama KAGI adalah:
Tugas Utama KAGI adalah:
a) Membersihkan dunia pendidikan Indonesia
dari unsur” PKI “dan orde lama.
b) Menyatukan semua guru d.dalam organisasi
guru yaitu PGRI.
c) Memperjuangkan agar PGRI menjadi organi
sasi guru yang tidah hanya bersifat unotalistik tetapi juga independen dan non
partai politik.
Bukti keberasilan kekuatan orde baru dalam kongres ini terlihat dari hasil” kongres di bidang unsur atau politik atau PB PGRI masa bakti XI adapun hasil” kongres XI adalah:
Bukti keberasilan kekuatan orde baru dalam kongres ini terlihat dari hasil” kongres di bidang unsur atau politik atau PB PGRI masa bakti XI adapun hasil” kongres XI adalah:
1) Menjunjung tinggi HAM
2) PGRI diwakili secara resmi dalam DPRGR
atau MPRS
3) Frontnasional di bubarkan
4) PGRI ditegaskan kembali sebagai
organisasi yang bersifat UNITARISTIK,INDEPENDEN dan NON partai politik
5) DLL.
Selanjutnya, hasil XI PGRI di bidang
organisasi :
1) INTENSIFIKASI penerangan tentang kegiatan
organisasi melalui pers, Radio, TV dan Majalah Suara Guru.
2) Pendidikan kader organisasi secara
teratur dan terencana
3) PGRI menjadi anggota WCOTP
4) Dll.
2. Konsulidasi organisasi pada
awal orde baru
Menarik juga untuk di simak kembali seri
tulisan harian kompas tahun 1967 yang berjudul PORAK PORANDANYA KERETA PGRI DI
JAWA TENGAN tulisan ini merupakan “serangn” kepada PB PGRI masa perserikatan
(kongres XI).
Pembentukan kaki d.jawa timur dan jawa tengah, antara lain untuk menyelamatkan PGRI dari kemelut politik pada saat itu hasilnya adalahkonferda PGRI di ke 2 daerah tersebut berhasil memilih pengurus daerah PGRI yang baru.
Pembentukan kaki d.jawa timur dan jawa tengah, antara lain untuk menyelamatkan PGRI dari kemelut politik pada saat itu hasilnya adalahkonferda PGRI di ke 2 daerah tersebut berhasil memilih pengurus daerah PGRI yang baru.
Pada tahun 1969 atas perdesakan nasib
guru yang d.bentuk PGRI,pemerintang setuju untuk mencairkan tunjangan kelebihan
mengajar bagi guru” SD di seluruh Indonesia Hubungan PGRI dengan organisasi
guru mulai di rintis kembali.Pada bulan juli 1966
secara resmi diterima menjadi anggota WCOTP dalam kongres guru seDunia soel di
Korea selatan.SEtelah itu,PGRI d.undang untuk mengikuti tradeunionleader course
di negeri belanda selama 4 bulan, kursus di adakan 2 angkatan :
Angkatan 1 pada tahun 1969 dan angkatan 2 1970.
Angkatan 1 pada tahun 1969 dan angkatan 2 1970.
3. Arti Lambing PGRI
Bentuk cakra atau lingkaran melambangkan
cita-cita luhur dan daya upaya manaikan pengabdian yang terus menerus, Ukuran, corak
dan warna :
a. Bidang bagian pinggir rulingkara berwarna
merah melambangkan pengabdian yang dilandasi kemurnian dan keberanian bagi
kepentingan rakyat.
b. Warna putih dengan tulisan Persatuan Guru Republik Indonesia
melambangkan paduan warna pinggir merah pitih melambangkan pengabdian pada
Negara, bangsa dan tanah air Indonesia.
c. Suluh berdiri tegak bercorak 4 garis
tegak dan datar berwarna kuning melambangkan fungsi guru (pada penddidkan pra
sekolah,dasar,menengah dan perguruan tinggi)dengan hakikat tugas pengabdian
guru sebagai pendidikan yang besar dan luhur.
d. Nyala api dengan 5 sinar waena merah
melambangkan arti ideologi dan arti teknis yakni sasaran budi pekerti, cipta, rasa,
karsa, dan karya generasi.
e. 4 buku mengapit suluh dengan posisi 2
datar dan 2 tengak ( simetris) dengan warna corak putih melambangkan sumber
ilmu yang menyangkut nilai” moral, pengetahuan, keterampilan, dan akhlak bagi
tingkatan lembaga” pendidikan, pra sekolah, dasar, menengah, dan tinggi.
f. Warna dasar tengah hijau melambangkan
kemakmuran.
g. Arti keseluruhan : Guru Indonesia dengan
itikad dan kesadaran yang murni dengan segala keberanian,keluhuran jiwa dan
kasih sayang senan tiasa menunaikan darma baktinya kepada Negara, tanah air dan
bangsa Indonesia dalam budi pekerti cinta, rasa, karsa, dan karya generasi
bangsa menjadi manusia pancasila yang memiliki moral, pengetahuan, keterampilan
dan akhlak yang tinggi.
Penggunaan
:
1. Sebagai lambang atau lencana
2. Sebagai panji resmi dalam upacara dan
panji hiasan
3. Di pancangkan mendampingi bendera
nasional merah putih dalam upacara/ pertemuan organisasi oleh PGRI.
4. Berdirinya YPLP-PGRI dan wisma guru
kongres XIV PGRI th. 26-29 Juni di Jakarta menghasilkan salah satu keputusan
penting yaitu mengenai wisma guru.
Untuk melaksanakan keputusan kongres BP PGRI membentuk YPLP-PGRI
dengan akta notaries Moh.Ali No. 21 tgl. 31 maret 1980 yang berlaku sejak tgl.
1 Januari 1980. Yaitu melakukan pembinaan , pengelolaan , dan penggembangan
lembaga pendidikan PGRI di seluruh Indonesia dan bertanggung jawab langsung
kepada PB PGRI
Hikmah dan manfaat dari yang diambil dari ketetapan PGRI sebagai
organisasi profesi adalah,
1)
Medan perjuangan, pengbdiaan dan kekaryaan
anggota PGRI dapat makin ditingkatkan dan dimantapkan
2)
Upaya peningkatan mtu profesionalisme para
anggota PGRI.
3)
Dapat dipupuk rasa kesatuan dan kesatuan yang
makin kokoh.
G.
Refeleksi tentang masa depan PGRI
Apa bila kita dengan sadar dan sengaja
menyediakan waktu untuk meneliti kembali secara cermat gagasan”, pola tindakan
dan prestasi PGRI sejak awal berdirinya sampai sekarang maka kita temukan
kembali bahwa pada hakikatnya PGRI adalah sebuah organisasi propesi pendidik
dan pada umumnya dan para guru pada khususnya .berdasarkan pengamatan ertahun”,tampak
jelas bahwa PGRI seperti organisasi yang lainnya mempunyai pengalaman yang
penting dalam rangka mensukseskan strategi yang bersifat kuantitatif,dalam arti
menggalang masa secara politis,terutama waktu menjelang pemilu.
Masa depan menuntut semakin tingginya
kualitas dari pada kuantitas (jumlah anggota). PGRI sangat berpengalaman dalam
melayani para anggota’a yang sebagian besar guru SD; sementara peningkatan
kualitas propesi di perlukan oleh para guru para semua jenis dan jenjang
pendidikan untuk itu,PGRI di tuntut untuk lebih akrab dengan berbagai
permasalahan yang di hadapi oleh para guru sekolah menengah,dan bahkan para
dosen di perguruan tinggi.
BAB II
LAPORAN KEGIATAN
KONFERENSI
II
PERSATUAN
GURU REPUBLIK INDONESIA
KABUPATEN
BELITUNG TIMUR
A. Latar Belakang
PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi dan
organisasi ketenagakerjaan yang berfokus pada bidang keguruan. PGRI sebagai
tempat berhimpunnya segenap guru dan tenaga kependidikan lainnya merupakan
organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan organisasi ketenagakerjaan yang
berdasarkan Pancasila, bersifat independen, dan non politik praktis,
secara aktif menjaga, memelihara, mempertahankan, dan meningkatkan
persatuan dan kesatuan bangsa yang dijiwai semangat kekeluargaan, kesetiakawanan
sosial yang kokoh serta sejahtera lahir batin, dan kesetiakawanan
organisasi baik nasional maupun internasional.
PGRI sebagai tempat berhimpunnya segenap guru dan tenaga
kependidikan lainnya merupakan organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan
organisasi ketenagakerjaan yang berdasarkan Pancasila, bersifat
independen, dan non politik praktis, secara aktif menjaga, memelihara,
mempertahankan, dan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa yang
dijiwai semangat kekeluargaan, kesetiakawanan sosial yang kokoh serta sejahtera
lahir batin, dan kesetiakawanan organisasi baik nasional maupun
internasional.
Guru sebagai salah salah satu jenis profesi merupakan suatu bentuk
organisasi yang eksistensinya sudah berada dan diakui sejak waktu yang lama.
Pelaksanaan pendidikan nasional harus menjamin pemerataan dan peningkatan mutu
pendidikan di tengah perubahan global agar warga Indonesia menjadi manusia yang
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, cerdas,produktif dan
berdaya saing tinggi dalam pergaulan nasional maupun internasional. Untuk
menjamin tercapainya tujuan pendidikan tersebut, pemerintah telah mengamanatkan
penyusunan delapan standar nasional pendidikan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimum
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
PGRI merupakan wadah tempat berhimpunnya segenap guru dan tenaga
kependidikan lainnya sebagai organisasi perjuangan, organisasi profesi, dan
organisasi ketenagakerjaan yang berdasarkan Pancasila. Melalui wadah PGRI,
sesama anggota mengembangkan profesinya, berjuang memecahkan masalah untuk
anggota dengan tanpa henti serta meningkatkan kesejahteraan anggota untuk
kejayaan PGRI. PGRI adalah organisasi perjuangan, organisasi profesi dan
organisasi ketenagakerjaan yang berfokus pada bidang keguruan.
PGRI akan berjalan sesuai yang diharapkan apabila
memiliki pengurus. Pengurus PGRI ditingkat Kabupaten dapat dipilih melalui
Konferensi Kabupaten. Konferensi II PGRI Kabupaten Belitung Timur tahun 2015
adalah ajang pemilhan pengurus di tingkat kabupaten sehingga dapat menjalankan
roda organisasi PGRI.
B. Visi Dan Misi
Konferensi II PGRI Kabupaten Belitung
Timur mengacu kepada Visi dan Misi PGRI sebagai berikut:
1. Visi PGRI
Terwujudnya
organisasi mandiri dan dinamis yang dicintai anggotanya, disegani mitra, dan
diakui perannya oleh masyarakat". PGRI didirikan untuk mempertahankan kemerdekaan,
mengisi kemerdekaan dengan program utamadi bidang pendidikan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan memperjuangkan kesejahteraan bagi para guru.
2. Misi
PGRI
a. Mewujudkan Cita-cita Proklamasi PGRI
bersama komponen bangsa yang lain berjuang, yaitu berusaha secarakonsisten
mempertahankan dan mengisi kemerdekaan sesuai amanat Undang undang Dasar 1945.
b. Mensukseskan Pembangunan Nasional PGRI
bersamakomponen bangsa malaksnakan pembangunan bangsa khususnya di bidang
pendidikan.
c. Memajukan Pendidikan Nasional PGRI selalu
berusaha untuk terlaksananya system penddikan nasional, berusaha selalu
memberikan masukan-masukan tentang pembangunan pendidikan kepada Kementerian
Pendidikan Nasional.
d. Meningkatkan Profesionalitas Guru PGRI
berusaha dengan sungguh-sungguh agar guru menjadi profesional sehingga
pembangunan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dapat
direalisasikan.
e.
Meningkatkan Kesejahteraan Guru Agar guru dapat
profesional maka guru harus mendapatkan imbal jasa yang baik, ada perlindungan
hukum dalam melaksanakan tugas sehingga ada rasa aman, Ada pembinaan karir yang jelas. Guru
harus sejahtera, Porfesional, dan terlindungi.
C. Tujuan
Adapun tujuan
Konferensi II Persatuan Guru Republik Indonesia Kabupaten Belitung Timur adalah
sebagai berikut:
1. Memilih
pengurus PGRI Kabupaten Belitung Timur untuk masa bakti 2015-2020
2. Menyusun
personalia pengurus sesuai dengan Anggaran Dasar dan Angggaran Rumah Tangga
PGRI
3. Tegaknya keberadaan PGRI, tumbuhnya rasa
bangga, rasa ikut memiliki.
4. Tercapainya loyalitas, dedikasi, disiplin
dan kemampuan professional (LDDKP) yang tinggi dalam pelaksanaan tugas pokok
dan fungsinya.
5. Memiliki kemampuan dalam mengantisipasi
setiap perubahan akibat perkembangan masyarakat, ilmu dan teknologi.
6. Terwujudnya pengamanan, pengamalan dam
pelestarian pancasila dan UUD 1945, dan jiwa semangat nilai-nilai 1945 dalam
tubuh PGRI baik oleh organisasi maupun anggota-anggotanya.
7. Melaksanakan
upaya reformasi dilingkungan PGRI baik sebagai organisasi perjuangan,
organisasi profesi maupun organisasi ketenagakerjaan
8. Menata, mempertahankan, dan meningkatkan
citra PGRI sebagai organisasi yang mampu menjadi wadah tempat berhimpunnya para
guru professional dalam menghadapi abad 21.
9. Menyusun dan menetapkan langkah-langkah
kebijakan organisasi dalam upaya peningkatan harkat, martabat, dan
kesejahteraan guru pada umumnya dan anggota PGRI pada khususnya.
10. Mewujudkan visi dan misi organisasi
berlandaskan pertimbangan kondisi Bangsa dan Negara, serta kondisi organisasi dewasa
ini di Kabupaten Belitung Timur.
11. Fungsi Jatidiri PGRI
Yang dimaksud fungsi adalah manfaat dari adanya jatidiri dalam
rangka mengemban tugas-tugas organisasi PGRI untuk mewujudkan hakekat jatidiri.
Adapun fungsi jatidiri PGRI adalah:
a.
Sebagai pedoman gerak perjuangan bagi anggota organisasi.
b.
Sebagi sarana memasyarakatkan eksistensi dan
fungsi organisasi.
c.
Sebagai sarana perjuangan (kaderisasi) dalam
rangka mempertahankan, meningkatkan dan mengembangkan organisasi (SBS).
d.
Sebagi pembangkit motivasi perjuangan PGRI.
e.
Sebagai wahana penerapan rasa kebanggaan pada
anggota/warga PGRI.
D. Sasaran
Pada Kegiatan Konferensi II PGRI Kabupaten Belitung
Timur memiliki sasaran yang sangat luas
yakni:
1. Peningkatan fungsi dan peran PGRI sebagai
organisasi perjuangan, profesi dan ketenagakerjaan yang bersifat independen,
unitaristik, dan non partisan
2. Restrukturisasi dan penataan organisasi
dari tingkat propinsi dibawah yang meliputi seluruh tatanan kelembagaan
organisasi PGRI sehingga tetap memiliki visi dan misi yang memberikan motivasi,
daya pikat dan daya rekat yang mampu menghimpun para guru dan tenaga kependidikan
lainnya di Kabupaten Belitung Timur dalam satu wadah PGRI
3. Peningkatan kesadaran seluruh pengurus
dan anggota PGRI di Kabupaten Belitung Timur mengenai perlunya perubahan sikap,
perilaku, wawasan dan rasa tanggung jawab organisasi melalui berbagai forum
organisasi, kegiatan pelatihan, seminar, serta kaderisasi yang bertingkat dan
berjenjang
4. Peningkatan dan perbaikan citra PGRI,
baik dimata masyarakat maupun dimata anggota, serta peningkatan kinerja dan
kebersamaan organisasi agar mampu mengakomodasikan serta memperjuangkan segenap
aspirasi dan kepentingan anggota sehinga PGRI dapat melaksanakan misi dan tugas
dengan baik.
5. Peningkatan kemampuan, dedikasi, profesi
dan kesejahteraan anggota serta mengusahakan adanya standarisasi, lisensi,
sertifikasi dan akreditasi profesi guru.
6. Peningkatan fungsi dan peran PGRI dalam
program pembangunan pendidikan dalam upaya menyukseskan wajib belajar sesuai
dengan program Kabupaten/Kota yang bersangkutan, dan menciptakan masyarakat
belajar, memberatas kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan
7. Peningkatan secara optimal dan merata
diseluruh wilayah Kabupaten Belitung Timur, fungsi dan peran PGRI sebagai
kekuatan pemikir yang menampilkan gagasan serta konsep peningkatan mutu
pendidikan sebagai pengontrol yang mengoreksi setiap kebijakan pendidikan yang
menyimpang dari prinsip dasar kependidikan dan sebagai penekan yang mengawasi dan
mengontrol berbagai pihak yang melakukan perbuatan dan tindakan yang tidak sesuai
dengan landasan kebijakan organisasi.
E. Target
Adapun target pelaksanaanan konferensi
II PGRI Kabupaten Belitung Timur adalah:
1. Memiliki
pengurus yang cakap, cerdas dan loyal terhadap organisasi PGRI.
2. Memiliki
kemampuan untuk menjalankan roda organisasi PGRI dengan baik.
F. Tema
Pada
pelaksanaan kegiatan Konferensi II PGRI Kabupaten Belitung Timur mengusung
tema: “Revitalisasi PGRI Sebagai Organisasi Profesi, Pejuang dan
Ketenagakerjaan Menuju Kemandirian”
G. Waktu dan Tempat Pelaksana
Kegiatan Konferensi II PGRI Kabupaten Belitung Timur dilaksanakan
pada
Hari/Tanggal :
Rabu, 8 April 2015
Dimulai pukul :
08.30
Berakhir
pukul : 17.30.00
Tempat : Aula SMA PERGIB Manggar
H. Biaya
Biaya pelaksanaan Konferensi II PGRI Kabupaten Belitung Timur sepenuhnya dari anggaran dan swadaya
oraganisasi PGRI dan sumbangan donatur yang sifatnya tidak mengikat.
I. Penutup
Akhir dari laporan ini,
kami Panitia Konferensi II PGRI Kabupaten Belitung Timur Manggar mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya kepada
seluruh rekan-rekan guru yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk melaksanakan dan ikut berpartisifasi
pada kegiatan ini, mudah-mudahan Allah SWT memberikan magfiroh, serta
memasukkan kita kepada golongan orang-orang yang bertaqwa. Amiin ya
robbal’alamiin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Panitia Konferensi II
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
Kabupaten Belitung Timur
Ketua
KEMAS
AKHIRIYAN, M.Pd.I
NPA:
30040300017
|
Sekretaris
SADI SUHARTO,
S.Ag
NPA: 30040300204
|
Mengetahui,
PENGURUS PGRI
Kabupaten
Belitung Timur
KETUA
SYAMSUL HAIRUN
NPA: 3004030001
BAB III
HASIL KEGIATAN
KONFERENSI
II PGRI
KABUPATEN
BELITUNG TIMUR
Pada kegiatan
konferensi II Persatuan Guru Republik
Indonesia Kabupaten Belitung Timur menghasilkan beberapa kebupusan
yakni:
1. Keputusan Nomor: 001/Konkab/Beltim/2015
Tentang: Pengesahan Konferensi II PGRI Kabupaten Belitung Timur
2. Keputusan Nomor: 002/Konkab/Beltim/2015
Tentang: Pengesahan Acara dan tata Tertib Konferensi II
3. Keputusan Nomor: 003/Konkab/Beltim/2015
Tentang: Pengesahan Laporan Pertanggungjawaban Pengurus masa bakti 2009-2015
4. Keputusan Nomor: 004/Konkab/Beltim/2015
Tentang: Daftar Calon Pengurus PGRI Kabupaten Belitung Timur masa bakti
2015-2020
5. Keputusan Nomor: 005/Konkab/Beltim/2015
Tentang: Penetapan Formatur Penyusun Pengurus PGRI Kabupaten Belitung Timur
masa Bakti 2015-2020
6. Keputusan Nomor: 006/Konkab/Beltim/2015
Tentang: Susunan Personalia PGRI Kabupaten Belitung Timur masa bakti 2015-2020
Demikianlah hasil keputusan konferensi II PGRI
Kabupaten Belitung Timu
Langganan:
Postingan (Atom)