PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya
kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal
balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu
komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang penting.
Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru
dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
Sadi Suharto(PTK bermanfaat salah satunya untukmengusulkan kenaikan pangkat bagi guru) |
Sebagai pengatur
sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan
bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat
membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan
pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu
untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Pelajaran
Pendidikan Agama Islam disekolah memiliki peran penting dilihat dari tujuannya
yaitu :
1.
Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian,
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan,
serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia
muslim yang harus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.
2.
Mewujudkan manusia
Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang
berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis,
berdisiplin, bertoleransi, menjaga keharmonisan secara personal dan sosial
serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
Berhasilnya tujuan
pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat
mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa.
Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara
maksimal, peran guru penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar
yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan
konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Banyak ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi
suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran
dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada
memilih model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh nilai
siswa rendah. Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model
pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para
guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik
sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar.
Proses
pembelajaran dapat dirancang tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai
satu-satunya sumber belajar yang mungkin dapat dipakai untuk mencapai hasil pembelajaran,
melainkan mencakup interaksi dengan semua sumber belajar yang mungkin dapat
dipakai untuk mencapai hasil yang bermakna.
Peserta
didik dipandang dalam kegiatan pembelajaran sebagai individu dan sosial.
Setiap peserta didik memilki perbedaan minat (interest), kemampuan (ability),
kesenangan (preference), pengalaman (experience), dan cara
belajar (learning style). Peserta didik tertentu
mungkin lebih mudah belajar dengan cara mendengar dan membaca, sedangkan
peserta didik lain dengan cara melihat, dan peserta didik yang lainnya lagi
belajar dengan cara melakukan (learning by doing). Oleh karena itu,
kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pelajaran, waktu belajar, alat
belajar, dan cara penilaian perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik (Sutrisno, 2005: 63).
Muhammad
(1981: 8) mengatakan bahwa setelah guru memikirkan bahan pelajaran, hendaklah
ia memikirkan cara menyampaikan bahan ke dalam pikiran peserta didik, dengan
memperhatikan tujuan pembelajaran, dan keadaan peserta didik. Guru harus
memikirkan metode yang paling baik untuk menyusun materi pembelajaran, dan
bahan pembelajaran sebagai mata rantai yang sambung-menyambung.
Selain
itu, dalam kegiatan pembelajaran guru sebaiknya memperhatikan perbedaan
individual peserta didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan
psikologis. Kerangka pemikiran demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam
melakukan pendekatan kepada setiap peserta didik secara individual. Peserta
didik sebagai individu memliki perbedaan sebagaimana disebutkan di atas.
Pemahaman ketiga aspek tersebut akan merapatkan hubungan guru dengan peserta
didik, sehingga memudahkan melakukan pendekatan mengajar.
Penguasaan
kemampuan pelajaran Pendidikan Agama Islam aspek akidah diperlukan strategi yang tepat dan
cocok. Salah satu strategi yang diterapkan di SD Negeri 1 Manggar adalah model
pembelajaran mastery learning. Strategi ini meliputi dua kegiatan, yaitu
program pengayaan dan perbaikan (Arikunto, 1988: 31).
Proses pembelajaran dengan menggunakan prinsip
Belajar tuntas (mastery learning) menguntungkan bagi peserta didik,
karena dengan kegiatan pembelajaran ini setiap siswa dapat dikembangkan
semaksimal mungkin. Pandangan yang menyatakan semua peserta didik dapat belajar
dengan hasil yang baik juga akan mempunyai imbas pada pandangan
bahwa guru dapat mengajar dengan baik.
Belajar tuntas pada dasarnya akan menjadikan peserta
didik memiliki kemampuan dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, mengecilkan
perbedaan intelegensi tinggi dengan intelegensi normal. Belajar tuntas (mastery
learning) menjadikan peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran,
sehingga di dalam kelas tidak terjadi intelegensi tinggi akan mencapai semua
tujuan pembelajaran sedang anak didik yang intelegensi normal mencapai sebagian
tujuan pembelajaran atau tidak mencapai sama sekali tujuan pembelajaran (Yamin
2007: 121).
Belajar
tuntas dilandasi oleh dua asumsi. Pertama, mengatakan bahwa adanya
korelasi antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensial (bakat). Hal
ini dilandasi teori tentang bakat yang dikemukakan oleh Carrol (1953) yang
menyatakan bahwa apabila peserta didik didistribusikan secara normal
dengan memperhatikan kemampuannya
secara potensial untuk beberapa bidang pengajaran, kemudian mereka
diberi pengajaran yang sama dan hasil belajarnya diukur, ternyata akan
menunjukkan distribusi normal. Hal ini berarti bahwa peserta didik yang
berbakat cenderung untuk memperoleh nilai tinggi. Kedua, apabila
pelajaran dilaksanakan secara sistematis, maka semua peserta didik akan
mampu menguasai bahan yang disajikan kepadanya, (Mulyasa, 2004: 53-54).
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas
bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan
perumuan tujuan intruksional khusus. Sebab dalam kegiaatan belajar mengajar,
mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi
otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan
keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata
tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil
belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas.
Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan
menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa
bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir
keras (moving about dan thinking aloud)
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar,
melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain.
Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu
dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan
keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau
harus mereka dapatkan.
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah
rendahnya minat peserta didik ketika memahami ke pelajaran Pendidikan Agama
Islam dalam aspek materi Tarikh. Hal ini
tentunya disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal)
maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (1982: 27) yang
termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya
kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang
termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya
guru, kurikulum, dan model pembelajaran). Bloom (1982: 11) mengemukakan tiga
faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, Afektif
dan Psikomotor, untuk mewujudkan pola pengembangan pembelajaran yang efektif
dan menyenangkan tentunya guru haruslah mencari dan menemukan pola pembelajaran
yang sesuai dengan pokok materi yang atau lebih dikenal dengan model
pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Dengan memperhatikan permasalahan diatas, khususnya pada
aspek Al Quran dalam pembelajaran Pendidikana Agama Islam perlu dicarikan
sebuah model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai sarana pencapaian tujuan
kompetensi yang di inginkan dalam pembelajaran tersebut. Berbicara mengenai
model pembelajaran memanglah sangat banyak namun tentunya guru harus memilih
dengan mempertimbangkan banyak hal terutama menyesuaikan kompetensi, tujuan
pembelajaran serta tingkat kelas dan hal-hal lainnya. Dalam kesempatan ini
penulis ingin mengemukakan hasil penelitian dengan model pembelajaran Mastery
Learning pada penyampaian aspek akidah pada pelajaran Pendidikan Agama Islam,
dengan judul yang diambil dalam
penelitian ini adalah “Meningkatkan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Dengan
Menerapkan Model Pembelajaran Mastery Learning Pada
Siswa Kelas V.A SD Negeri 1 Manggar
Kabupaten Belitung Timur Tahun Pelajaran 2011/2012”
B. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis
merumuskan permasalahnnya sebagi berikut:
1.
Apakah penerapan model pembelajarn
Mastery Learning dapat meningkatkan prestasi siswa
terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas V.A SD Negeri 1 Manggar Kabupaten Belitung Timur ?
2.
Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran
Mastery Learning dalam meningkatkan motivasi belajar
Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas V.A
SD Negeri 1 Manggar Kabupaten Belitung Timur ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini
bertujuan untuk:
1.
Ingin mengetahui bagaimanakah
peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya model
pembelajaran Mastery Learning pada
siswa Kelas VA SD Negeri 1 Manggar Kabupaten Belitung Timur tahun pelajaran
2011/2012.
2.
Ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran
Mastery Learning dalam
meningkatkan prestasi dan motivasi belajar
terhadap materi pelajaran
Pendidikan Agama Islam setelah diterapkan model pembelajaran tuntas pada siswa Kelas
VA SD Negeri 1 Manggar Kabupaten Belitung
Timur tahun pelajaran 2011/2012.
D. Batasan Masalah
1.
Penelitian ini hanya dikenakan
pada siswa Kelas VA SD Negeri 1 Manggar
Kabupaten Belitung Timur Tahun Pelajaran 2011/2012.
2.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Januari sampai dengan Februari semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012.
3.
Materi yang disampaikan adalah Aspek
Al Qur’an Standar Kompetensi Mengartikan Al Quran surat pendek pilihan.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi :
1. Siswa
- Menambah pengetahuan dalam meningkatkan pemahaman
siswa belajar Pendidikan Agama Islam
- Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam.
2. Guru
- Dapat meningkatkan minat pembelajaran Pendidikan
Agama Islam.
- Dapat
memotivasi siswa agar dapat belajar dengan baik.
3. Sekolah
- Sebagai
masukan bagi sekolah yang merupakan salah satu alternatif dalam pembelajaran.
- Bahan
pertimbangan dilingkungan sekolah tersebut agar terbiasa melakukan
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) guna meningkatkan kwalitas proses
belajar mengajar.
F. Hipotesis Tindakan
Penelitian ini direncanakan
terbagi atas ke dalam tiga siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti
prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan
refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa. Sehingga dengan hipotesis sementara adalah
dengan diterapkannya model pembelajaran Mastery Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam.
G. Definisi Operasional
Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka
perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1.
Model Pembelajaran Mastery Learning adalah:
Merupakan model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas,
dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu
belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap
seluruh bahan yang dipelajari (Ramayulis, 193:2005).
2. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor,
setelah siswa mengikuti pelajaran.
3.
Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah
laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan
dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar