Sabtu, 24 Oktober 2015

PTK Pendidikan Agama Islam




PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.

Sadi Suharto

(PTK bermanfaat salah satunya untuk
mengusulkan kenaikan pangkat
bagi guru)
Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
Pelajaran Pendidikan Agama Islam disekolah memiliki peran penting dilihat dari tujuannya yaitu :
1.      Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang harus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.
2.      Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi, menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Banyak ditemukan di lapangan bahwa guru menguasai materi suatu subjek dengan baik tetapi tidak dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. Hal itu terjadi karena kegiatan tersebut tidak didasarkan pada memilih model pembelajaran tertentu sehingga hasil belajar yang diperoleh nilai siswa rendah. Timbul pertanyaan apakah mungkin dikembangkan suatu model pembelajaran yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi dan hasil belajar.
Proses pembelajaran dapat dirancang tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai satu-satunya sumber belajar yang mungkin dapat dipakai untuk mencapai hasil pembelajaran, melainkan mencakup interaksi dengan semua sumber belajar yang mungkin dapat dipakai untuk mencapai hasil yang bermakna.
Peserta  didik dipandang dalam kegiatan pembelajaran  sebagai individu dan sosial. Setiap peserta didik memilki perbedaan minat (interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman (experience), dan cara belajar (learning style). Peserta  didik  tertentu mungkin lebih mudah belajar dengan cara mendengar dan membaca, sedangkan peserta didik lain dengan cara melihat, dan peserta didik yang lainnya lagi belajar dengan cara melakukan (learning by doing). Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi pelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu disesuaikan dengan karakteristik peserta didik (Sutrisno, 2005: 63).
Muhammad (1981: 8) mengatakan bahwa setelah guru memikirkan bahan pelajaran, hendaklah ia memikirkan cara menyampaikan bahan ke dalam pikiran peserta didik, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, dan keadaan peserta didik. Guru harus memikirkan metode yang paling baik untuk menyusun materi pembelajaran, dan bahan pembelajaran sebagai mata rantai yang sambung-menyambung.
Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran guru sebaiknya memperhatikan perbedaan individual peserta didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis. Kerangka pemikiran demikian dimaksudkan agar guru mudah dalam melakukan pendekatan kepada setiap peserta didik secara individual. Peserta didik sebagai individu memliki perbedaan sebagaimana disebutkan di atas. Pemahaman ketiga aspek tersebut akan merapatkan hubungan guru dengan peserta didik, sehingga memudahkan melakukan pendekatan mengajar.
Penguasaan kemampuan pelajaran Pendidikan Agama Islam aspek akidah diperlukan  strategi  yang  tepat  dan  cocok.  Salah  satu  strategi  yang  diterapkan di SD Negeri 1 Manggar adalah model pembelajaran mastery learning. Strategi ini meliputi dua kegiatan, yaitu program pengayaan dan perbaikan (Arikunto, 1988: 31).
Proses pembelajaran  dengan menggunakan prinsip Belajar tuntas (mastery learning) menguntungkan bagi peserta didik, karena dengan kegiatan pembelajaran ini setiap siswa dapat dikembangkan semaksimal mungkin. Pandangan yang menyatakan semua peserta didik dapat belajar dengan hasil  yang baik juga akan mempunyai imbas pada pandangan  bahwa guru dapat mengajar dengan baik.
Belajar tuntas pada dasarnya akan menjadikan peserta didik memiliki kemampuan dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, mengecilkan perbedaan intelegensi tinggi dengan intelegensi normal. Belajar tuntas (mastery learning) menjadikan peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran, sehingga di dalam kelas tidak terjadi intelegensi tinggi akan mencapai semua tujuan pembelajaran sedang anak didik yang intelegensi normal mencapai sebagian tujuan pembelajaran atau tidak mencapai sama sekali tujuan pembelajaran (Yamin 2007: 121).
Belajar tuntas dilandasi oleh dua asumsi. Pertama, mengatakan bahwa adanya korelasi antara tingkat keberhasilan dengan kemampuan potensial (bakat). Hal ini dilandasi teori tentang bakat yang dikemukakan oleh Carrol (1953) yang menyatakan bahwa apabila peserta didik didistribusikan secara normal dengan memperhatikan kemampuannya secara potensial untuk beberapa bidang pengajaran, kemudian mereka diberi pengajaran yang sama dan hasil belajarnya diukur, ternyata akan menunjukkan distribusi normal. Hal ini berarti bahwa peserta didik yang berbakat cenderung untuk memperoleh nilai tinggi. Kedua, apabila pelajaran dilaksanakan secara sistematis, maka semua peserta didik akan mampu  menguasai bahan yang disajikan kepadanya, (Mulyasa, 2004: 53-54).
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesesuaian dengan perumuan tujuan intruksional khusus. Sebab dalam kegiaatan belajar mengajar, mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dan pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about dan thinking aloud)
Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya, dan membahasnya dengan orang lain. Bukan Cuma itu, siswa perlu “mengerjakannya”, yakni menggambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka dapatkan.
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya minat peserta didik ketika memahami ke pelajaran Pendidikan Agama Islam dalam  aspek materi Tarikh. Hal ini tentunya disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor dari dalam (internal) maupun faktor dari luar (eksternal). Menurut Suryabrata (1982: 27) yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan psikologis (misalnya kecerdasan motivasi berprestasi dan kemampuan kognitif), sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan instrumental (misalnya guru, kurikulum, dan model pembelajaran). Bloom (1982: 11) mengemukakan tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, Afektif dan Psikomotor, untuk mewujudkan pola pengembangan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan tentunya guru haruslah mencari dan menemukan pola pembelajaran yang sesuai dengan pokok materi yang atau lebih dikenal dengan model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.
Dengan memperhatikan permasalahan diatas, khususnya pada aspek Al Quran dalam pembelajaran Pendidikana Agama Islam perlu dicarikan sebuah model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai sarana pencapaian tujuan kompetensi yang di inginkan dalam pembelajaran tersebut. Berbicara mengenai model pembelajaran memanglah sangat banyak namun tentunya guru harus memilih dengan mempertimbangkan banyak hal terutama menyesuaikan kompetensi, tujuan pembelajaran serta tingkat kelas dan hal-hal lainnya. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengemukakan hasil penelitian dengan model pembelajaran Mastery Learning pada penyampaian aspek akidah pada pelajaran Pendidikan Agama Islam, dengan judul yang diambil dalam penelitian ini adalah Meningkatkan  Prestasi  Belajar  Pendidikan  Agama  Islam  Dengan  Menerapkan  Model Pembelajaran Mastery Learning Pada Siswa Kelas V.A  SD Negeri 1 Manggar Kabupaten Belitung Timur Tahun Pelajaran 2011/2012

B.     Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang diatas maka penulis merumuskan permasalahnnya sebagi berikut:
1.        Apakah penerapan model pembelajarn Mastery Learning dapat meningkatkan prestasi siswa terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas V.A  SD Negeri 1 Manggar Kabupaten Belitung Timur ?
2.        Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran Mastery Learning dalam meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa Kelas V.A  SD Negeri 1 Manggar Kabupaten Belitung Timur ?

C.    Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1.        Ingin mengetahui bagaimanakah peningkatan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya model pembelajaran Mastery Learning pada siswa Kelas VA SD Negeri 1 Manggar Kabupaten Belitung Timur tahun pelajaran 2011/2012.
2.        Ingin mengetahui pengaruh model pembelajaran Mastery Learning dalam meningkatkan prestasi dan motivasi  belajar  terhadap  materi  pelajaran  Pendidikan Agama Islam  setelah  diterapkan  model  pembelajaran  tuntas  pada  siswa  Kelas VA SD  Negeri 1 Manggar Kabupaten Belitung Timur tahun pelajaran 2011/2012.

D.    Batasan Masalah
1.        Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas VA  SD Negeri 1 Manggar Kabupaten Belitung Timur Tahun Pelajaran 2011/2012.
2.        Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan Februari semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012.
3.        Materi yang disampaikan adalah Aspek Al Qur’an Standar Kompetensi Mengartikan Al Quran surat pendek pilihan.

E.     Manfaat Hasil Penelitian
            Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Siswa
  1. Menambah pengetahuan dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar Pendidikan Agama Islam
  2. Sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
2. Guru
  1. Dapat meningkatkan minat pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
  2. Dapat memotivasi siswa agar dapat belajar dengan baik.
3. Sekolah
  1. Sebagai masukan bagi sekolah yang merupakan salah satu alternatif  dalam pembelajaran.
  2. Bahan pertimbangan dilingkungan sekolah tersebut agar terbiasa melakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) guna meningkatkan kwalitas proses belajar mengajar.

F.     Hipotesis Tindakan
Penelitian ini direncanakan terbagi atas ke dalam tiga siklus, setiap siklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Sehingga dengan hipotesis sementara adalah dengan diterapkannya model  pembelajaran Mastery Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
G.    Definisi Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1.        Model Pembelajaran Mastery Learning adalah:
Merupakan model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari (Ramayulis, 193:2005).
2.      Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
3.         Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar