KETELADANAN NABI IBRAHIM AS DALAM
MENDIDIK DAN BERKORBAN
Sadi Suharto, S.Ag
Disampaikan di: Masjid Nurul Ihza
Pada Tanggal : 15 Oktober 2013
10 Dzulhijjah 1434 H
|
اَللهُ اَكْبَرُ
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ
اَللهُ اَكْبَرُ
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ
اَللهُ اَكْبَرُ
اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ
لَآاِله إلّاالله
الله اكبر الله اكبر ولله الحمد . الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان
الله بكرة وّأصيلا, لآ اله الاّ الله وحده, صدق وعده ونصر عبده واعز
جنده وهزم الاحزاب وحده. لا اله الاّ الله ولا نعبدالاّ ايّاه مخلصين له الدّين
ولو كره الكافرون ولو كره المشركون ولو كره المنافقون. اشهد ان
لا اله الّا الله وحده لا شريك له واشهد انّ محمدا عبده ورسوله ارسله كافّة
للنّاس بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. الّلهم صلّ على سيّدنا
محمّد وعلى اله واصحابه ومن تبعهم
باحسان الى يوم الدّين أمّا بعد: فيا ايها الحاضرون اتّقواالله حقّ تقاته ولا تموتنّ الاّ وانتم
مسلمون
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر ،
الله أكبر، الله أكبر ، ولله الحمد …
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
nikmat-Nya kepada kita. Di pagi yang penuh keberkahan, kita masih diberikan
kesempatan untuk menyambut dan merayakan Idul Adha 1434 H. Seluruh umat islam di
seluruh belahan bumi, tidak terkecuali yang ada di Belitung Timur, juga
merayakan hari yang agung ini dengan alunan takbir, tahmid, tasbih dan tahlil.
Gema takbir itu pun diperintahkan untuk terus dikumandangkan selama hari tasyrik, tanggal 11, 12 dan 13
Dzulhijjah.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر ،
الله أكبر، الله أكبر ، ولله الحمد …
Hari Raya Idul adha dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”,
dimana kaum muslimin sedang menunaikan haji yang utama, yaitu wukuf di Arafah.
Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut
pakaian ihram, melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai
tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam segala segi bidang kehidupan. Tidak
dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama mendekatkan
diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
لَبَّيْكَ
اللّهُمَّ لَبَّيْكَ لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ
Disamping Idul Adha dinamakan
hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena merupakan hari raya yang
menekankan pada arti berkorban. Qurban itu sendiri artinya dekat, sehingga
Qurban ialah menyembelih hewan ternak untuk mendekatkan diri kepada
Allah SWT, diberikan kepada fuqoro’ wal masaakiin.
Masalah pengorbanan, dalam
lembaran sejarah kita diingatkan pada beberapa peristiwa yang menimpa
Nabiyullah Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan Siti Hajar. Ketika Nabi
Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk menempatkan istrinya Hajar
bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan
disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah
itu demikian sunyi dan sepi tidak ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim sendiri
tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang menyuruh menempatkan
istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling
asing, di sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina.
Tapi baik Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti Hajar, menerima perintah itu
dengan ikhlas dan penuh tawakkal.
Seperti yang diceritakan oleh
Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak bisa
menyusui Nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil
(Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba-tiba Allah mengutus
malaikat jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail memperoleh
sumber kehidupan.
Lembah yang dulunya gersang itu,
mempunyai persediaan air yang melimpah-limpah. Datanglah manusia dari berbagai
pelosok terutama para pedagang ke tempat Siti Hajar dan Nabi Ismail, untuk
membeli air. Datang rejeki dari berbagai penjuru, dan makmurlah tempat
sekitarnya. Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal dengan kota mekkah,
sebuah kota yang aman dan makmur, berkat do’a Nabi Ibrahim dan berkat kecakapan
seorang ibu dalam mengelola kota dan masyarakat. Kota mekkah yang aman dan
makmur dilukiskan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّاجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً
آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِمَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku,
jadikanlah negeri ini, sebagai negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki
dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah
dan hari kiamat.” (QS Al-Baqarah: 126)
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر ،
الله أكبر، الله أكبر ، ولله الحمد …
Dari ayat tersebut,
kita memperoleh bukti yang jelas bahwa kota Makkah hingga saat ini
memiliki kemakmuran yang melimpah. Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia,
memperoleh fasilitas yang cukup, selama melakukan ibadah haji maupun umrah.
Hal itu membuktikan
tingkat kemakmuran modern, dalam tata pemerintahan dan ekonomi, serta keamanan
hukum, sebagai faktor utama kemakmuran rakyat yang mengagumkan. Yang semua itu
menjadi dalil, bahwa do’a Nabi Ibrahim dikabulkan Allah SWT. Semua
kemakmuran tidak hanya dinikmati oleh orang Islam saja. Orang-orang yang tidak
beragama Islam pun ikut menikmati.
Allah SWT berfirman:
قَالَ وَمَن كَفَرَ
فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلاً ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ
الْمَصِير
Artinya: Allah berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri
kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani siksa neraka. Dan itulah
seburuk buruk tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah: 126)
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر ،
الله أكبر، الله أكبر ، ولله الحمد …
Idul Adha yang kita peringati
saat ini, dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari cara memotong kurban binatang
ternak. Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa
Nabiyullah Ibrahim. Disebabkan kesabaran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi
berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah
kehormatan “Khalilullah” (kekasih Allah).
Setelah titel
Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku,
mengapa Engkau menjadikan Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh
urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman: “Jangan
menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan
amal bhaktinya!”
Kemudian
Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan
Nabi Ibrahim. Ternyata, kekayaan dan keluarganya dan tidak membuatnya lalai
dalam taatnya kepada Allah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar”
disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300
lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim
mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu jumlah yang menurut orang di zamannya adalah
tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh
seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka
dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktu-waktu
bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila
Allah meminta anak kesayanganku, niscaya akan aku serahkan juga.”
Ibnu Katsir dalam tafsir
Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang
kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi
Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu
masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini, supaya
dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat
mengerikan! Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shoffat : 102 :
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِيالْمَنَامِ أَنِّي
أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِافْعَلْ مَا تُؤْمَرُ
سَتَجِدُنِي إِن شَاء اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail
menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah
engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS As-shaffat: 102).
Ketika
keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang menggoda sang
ayah, sang ibu dan sang anak silih berganti. Akan tetapi Nabi
Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang
menggoda agar membatalkan niatnya. Bahkan siti hajarpun mengatakan, : ”jika
memang benar perintah Allah, akupun siap untuk di sembelih sebagai gantinya
ismail.” Mereka melempar iblis dengan batu, mengusirnya
pergi dan Iblispun lari
tunggang langgang. Dan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji
yakni melempar jumrah; jumrotul ula, wustho, dan aqobah yang dilaksanakan di
mina.
Setelah
sampai disuatu tempat, dalam keadaan tenang Ismail berkata kepada ayahnya
: ”ayah, ku harap kaki dan tanganku diikat, supaya aku tidak dapat
bergerak leluasa, sehingga menyusahkan ayah. Hadapkan mukaku ke tanah, supaya
tidak melihatnya, sebab kalau ayah melihat nanti akan merasa kasihan. Lepaskan
bajuku, agar tidak terkena darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang
menyedihkan. Asahlah tajam-tajam pisau ayah, agar penyembelihan
berjalan singkat, sebab sakaratul maut dahsyat sekali. Berikan bajuku kepada
ibu untuk kenang-kenangan serta sampaikan salamku kepadanya supaya dia tetap
sabar, saya dilindungi Allah SWT, jangan cerita bagaimana ayah mengikat
tanganku. Jangan izinkan anak-anak sebayaku datang kerumah, agar
kesedihan ibu tidak terulang kembali, dan apabila ayah melihat anak-anak
sebayaku, janganlah terlampau jauh untuk diperhatikan, nanti ayah akan
bersedih.”
Nabi Ibrohim
menjawab ”baiklah anakku, Allah swt akan menolongmu”. Setelah
ismail, putra tercinta ditelentangkan diatas sebuah batu, dan pisaupun diletakkan
diatas lehernya, Ibrohim pun menyembelih dengan menekan pisau itu kuat-kuat,
namun tidak mempan, bahkan tergorespun tidak.
Pada saat
itu, Allah swt membuka dinding yang menghalangi pandangan malaikat di langit
dan dibumi, mereka tunduk dan sujud kepada Allah SWT, takjub menyaksikan
keduanya. ”lihatlah hambaku itu, rela dan senang hati menyembelih
anaknya sendiri dengan pisau, karena semata-mata untuk memperoleh kerelaanku.
Sementara
itu, Ismail pun berkata : ”ayah.. bukalah ikatan kaki dan tanganku, agar
Allah SWT tidak melihatku dalam keadaan terpaksa, dan letakkan pisau
itu dileherku, supaya malaikat menyaksikan putra kholilullah Ibrohim taat dan
patuh kepada perintah-Nya.”
Ibrahim mengabulkannya. lantas membuka ikatan dan menekan pisau itu ke
lehernya kuat-kuat, namun lehernya tidak apa-apa, bahkan bila ditekan, pisau
itu berbalik, yang tajam berada di bagian atas. Ibrohim mencoba memotongkan
pisau itu ke sebuah batu, ternyata batu yang keras itu terbelah. ”hai
pisau, engkau sanggup membelah batu, tapi kenapa tidak sanggup memotong leher” kata
ibrahim. Dengan izin Allah SWT, pisau itu menjawab, ”anda katakan
potonglah, tapi Allah mengatakan jangan potong, mana mungkin aku memenuhi
perintahmu wahai ibrahim, jika akibatnya akan durhaka kepada Allah SWT”
Dalam pada
itu Allah SWT memerintahkan jibril untuk mengambil seekor kibasy dari
surga sebagai gantinya. Dan Allah swt berseru dengan firmannya, menyuruh
menghentikan perbuatannya, tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya.
Allah telah meridloi ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan
keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing
sebagai korban, sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat
107-110:
وَفَدَيْنَاهُ
بِذِبْحٍ عَظِيمٍ
“Dan kami tebus anak itu
dengan seekor sembelihan yang besar.”
وَتَرَكْنَا
عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ
“Kami abadikan untuk Ibrahim
(pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.”
سَلَامٌ
عَلَى إِبْرَاهِيمَ
“Yaitu kesejahteraan semoga
dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
كَذَلِكَ
نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ
“Demikianlah kami memberi
balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Menyaksikan tragedi penyembelihan
yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril
menyaksikan ketaatan keduanya, setelah kembali dari syurga dengan membawa
seekor kibasy, kagumlah ia seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu
Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menyambutnya “Laailaha
illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian di sambung oleh Nabi Ismail “Allahu
Akbar Walillahil Hamdu.’
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر ،
الله أكبر، الله أكبر ، ولله الحمد …
Inilah
sejarah pertamanya korban di Hari Raya Qurban. Yang kita peringati pada pagi hari ini. Allah Maha pengasih dan Penyayang.
Korban yang diperintahkan tidak usah anak kita, cukup binatang ternak, baik
kambing, sapi, kerbau maupun lainnya. Sebab Allah tahu, kita tidak akan mampu
menjalaninya, jangankan memotong anak kita, memotong sebagian harta kita untuk
menyembelih hewan qurban, kita masih terlalu banyak berfikir. memotong 2,5 %
harta kita untuk zakat, kita masih belum menunaikannya. Memotong sedikit waktu
kita untuk sholat lima waktu, kita masih keberatan. Menunda sebentar waktu
makan kita untuk berpuasa, kita tak mampu melaksanakannya, dan sebagainya.
Begitu banyak dosa dan pelanggaran yang kita kerjakan, yang membuat kita jauh
dari Rahmat Allah SWT.
Hikmah yang
dapat diambil dari pelaksanaan shalat Idul Adha ini adalah, bahwa hakikat
manusia adalah sama. Yang membedakan hanyalah taqwanya. Dan bagi yang
menunaikan ibadah haji, pada waktu wukuf di Arafah memberi gambaran bahwa kelak
manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar untuk dimintai pertanggung jawaban. Di samping itu, kesan atau i’tibar yang dapat diambil dari peristiwa
tersebut adalah:
Pertama, Hendaknya kita sebagai orang tua, mempunyai upaya yang kuat membentuk anak
yang sholih, menciptakan pribadi anak yang agamis, anak yang berbakti kepada orang
tua, lebih-lebih berbakti terhadap Allah dan Rosul-Nya.
Kedua, perintah dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT,
harus dilaksanakan. Harus disambut dengan tekad sami’na wa ‘atha’na.
Karena sesungguhnya, ketentuan-ketentuan Allah SWT pastilah
manfaatnya kembali kepada kita sendiri.
Ketiga, adalah kegigihan syaitan yang terus menerus
mengganggu manusia, agar membangkang dari ketentuan Allah SWT. Syaitan
senantiasa terus berusaha menyeret manusia kepada kehancuran dan kegelapan.
Maka janganlah mengikuti bujuk rayu syaithon, karena sesungguhnya syaithon
adalah musuh yang nyata.
Keempat, jenis sembelihan berupa bahimah (binatang ternak), artinya dengan matinya hewan ternak, kita buang kecongkaan dan kesombongan kita, hawa nafsu hewaniyah harus dikendalikan, jangan dibiarkan tumbuh subur dalam hati kita.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر ،
الله أكبر، الله أكبر ، ولله الحمد …
Tepatlah apabila perayaan Idul
Adha digunakan menggugah hati kita untuk berkorban bagi negeri kita tercinta,
yang tidak pernah luput dirundung kesusahan. Sebab pengorbanan Nabi Ibrahim AS yang paling besar dalam sejarah umat manusia
itulah yang membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul yang besar, dan
mempunyai arti besar. Dari sejarahnya itu, maka lahirlah kota Makkah dan Ka’bah
sebagai kiblat umat Islam seluruh dunia, dengan air zam-zam yang tidak pernah
kering, sejak ribuan tahunan yang silam, sekalipun tiap harinya dikuras berjuta
liter, sebagai tonggak jasa seorang wanita yang paling sabar dan tabah yaitu
Siti Hajar dan putranya Nabi Ismail.
Akhirnya
dalam kondisi seperti ini kita banyak berharap, berusaha dan
berdoa, mudah-mudahan kita semua, para pemimpin kita, elit-elit
kita, dalam berjuang tidak hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok,
tapi berjuang untuk kepentingan dan kemakmuran masyarakat, bangsa dan negara.
Kendatipun perjuangan itu tidaklah mudah, memerlukan pengorbanan yang besar.
Hanya orang-orang bertaqwa lah yang sanggup melaksanakan perjuangan dan pengorbanan
ini dengan sebaik-baiknya.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah
الله أكبر ،
الله أكبر، الله أكبر ، ولله الحمد …
Mengakhiri khutbah ini marilah kita berdo’a dengan meluruskan niat,
membersihkan hati dan menjernihkan fikiran, semoga Allah memperkenankan do’a
hamba-Nya yang ikhlas:
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ
Allahumma Ya Arrahman Rohim
Selaku hambaMu yang dhaif, pada kesempatan ini kami persembahakan puji dan
syukur hanya kepadaMu, karena Engkau telah menganugrahkan nikmat, melimpahkan
rahmat, serta mencurahkan kasing sayang, sehingga kami dapat berhimpun
bermunajjah menunaikan sholat idul adha di masjid ini.
Allahumma Ya Akromal akromin
Ya Allah yang Maha Pembuka hati, bukakanlah
hati kami, hati semua kaum muslimin, hati para pemimpin kami agar menjadi orang
yang beriman kepadamu, memiliki kesadaran untuk bersatu, memiliki
kesadaran untuk menegakkan syari’at Islam yang telah Engkau tetapkan kepada
kami
Allahumma Ya Aziizu wal Jabbaaru
Berikan kesempurnaan pelaksanaan ibadah haji kepada seluruh
jama’ah haj yang sedang menyempurnakan rukun haji, berikan kesehatan dan
keselamatan jema’ah haji dari Indonesia khususnya jema’ah haji dari Belitung
Timur dan jadikan ibadahnya haji yang mabrur.
Ya Allah ya Tuhan kami, curahkanlah
RahmatMu kepada kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau tersalah,
janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau
bebankan kepada orang-orang sebelum kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami
apa-apa yang tak sanggup kami memikulnya, beri maaflah kami, ampunilah kami dan
rahmatilah kami, Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami dari orang-orang yang
kafir.
Allahumma Ya Waasi’al Maghfiroh
Dalam perjalan hidup kami sebagai khalifah
di dunia yang fana ini, banyak salah dan khilaf. Oleh sebab itu ampunilah
segala dosa-dosa kami dan dosa-dosa kedua orang tua kami, dan kasihanilah
mereka sebagai mereka telah mengasihani kami di waktu kecil. Letakkanlah Ya
Allah mereka disurga Na’im, Ya Allah sekiranya mereka ada disisi kami, kami
akan bersimpuh dihadapnnya untuk memohon do’a restunya mohon maaf lahir dan
bathin, tetapi sekiranya Engkau tidak mengampuni dosa kami sungguh kami
termasuk orang-orang yang rugi dan tidak sanggup menerima dahsyatnya api
neraka.
Ya Allah, terimalah
ibadah kami, shalat kami, ruku’ dan sujud kami, puasa kami dan doa-doa kami. Ya
Allah Kabulkanlah permohonan kami.
Allahumma Ya Mujibassailin
Perkenankalah
permohonan kami ini
اللَّهُمَّ أَرِنَا
الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
اللّهمّ اجعلنا من
العائدين والفائزين والمقبولين
كُلُ عَامٍ
وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ.
والسّلام عليكم
ورحمة الله وبركاته
Tidak ada komentar:
Posting Komentar